Sebagaimana halnya minat, bakat setiap orang berbeda-beda dalam jenis maupun kadarnya. Dalam masa pertumbuhannya bila bakat anak tidak terwujud secara nyata maka hal ini mungkin dapat disebabkan oleh orang tua, guru atau sekolah dan pergaulan. Di sisi orang tua, tidak jarang dijumpai orang tua yang tidak menyadari atau tidak mengenal bakat-bakat anaknya. Meskipun iamengenal bakat anaknya dan memiliki sarana untuk mengembangkannya, namun hal ini bukanlah sesuatu hal yang penting. Bagi orang tua justru pelajaran sekolah lebih diutamakan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika hal-hal yang berkaitan dengan segi intelektual lebih mendapat kesempatan untuk dikembangkan. Mengikuti les berbagai macam pelajaran, membelikan berbagai macam buku tanya jawab dan soal-soal tampaknya lebih disukai dan menjadi perhatian orang tua, daripada memberi kesempatan pada anak untuk les menari atau menyanyi. Dilain pihak kalau sekolah atau guru memiliki sikap atau tuntutan yang sama dengan yang ditunjukkan orang tua tersebut maka bakat anak juga tidak akan pernah terwujud. Hal ini dapat kita lihat dari sekolah-sekolah yang memiliki tuntutan yang tinggi pada siswa-siswanya, misalnya sistem ranking (peringkat disekolah).
Dilain pihak teman-teman sebaya atau permainan juga apat memberi pengaruh terhadap terwujud atau tidaknya bakat seorang anak. Anak yang sebetulnya berbakat melukis, tetapi tidak memilih kegiatan melukis disekolahnya karena teman-teman sebaya dan sepermainannya lebih memilih bermain.
Dengan demikian, seperti halnya minat maka tidaklah berlebihan jika peran orang tua dan guru disekolah turut mendorong dan mendukung bakat anak terhadap sesuatu hal. Tampaknya pihak lingkungan perlu menyadari bahwa pada masa sekarang ini segi intelektual bukanlah satu-satunya kemampuan yang penting dan harus dimiliki oleh anak. Perwujudan bakat dalam prestasi pun merupakan hal yang patut dikembangkan dalam kehidupan anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar