Secara bahasa, al-hawa antara lain
berarti terjatuh dari atas ke bawah, keinginan dan kesenangan, dan cinta. Dari
sini terbentuk beberapa istilah, seperti ‘ala hawaahu (menurut seleranya, cocok
dengan keinginan atau kesenangannya), itta ba’a hawaahu (mengikuti gan
memperturutkan keinginan nafsu), dan fil hawa’ (jatuh cinta atau diliputi oleh
nafsu).
Sedangkan nafsu lebih condong pada
jiwa, untuk itulah, nafsu menjurus pada kenikmatan dan menjanjikan imajinasi
keindahan dengan sfatnya yang begitu persuasif menarik hati.
Didalam tubuh, nafsu memiliki sisi
negatif dan positif, serta potensi yang jika tidak dikelola dengan baik,
keburukanlah yang didapat. Disinilah peran akal. Akal harus mampu menimbang,
mengukur dan menakar baik dan buruk. Kalau peran akal sudah tidak berjalan,
manusia akan sama dengan binatang, bahkan lebih parah daripada binatang. Saling
memakan dari bebas menggauli betina dimana dan kapan saja.
Sesuai
dengan pengertiannya, hawa nafsu menjadi penyebab manusia jatuh ke tempat yang
serendah-rendahnya. Posisi terjatuhnya ini terbagi menjadi:
- Jatuh bangkrut;
- Kalah; dan
- Patah hati, putus asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar