Sabtu, 24 Desember 2016

PENDEKATAN EXPERIENTAL LEARNING



Experiental learning yaitu belajar melalui penghayatan langsung atas pengalaman yang dialami. Walter dan Marks (Wisnubrata, 1990) mengungkapkan bahwa experiental learning merupakan suatu urutan peristiwa satu atau lebih tujuan belajar yang ditetapkan, yang mensyaratkan keterlibatan siswa secara aktif pada salah satu hal yang dipelajari dalam urutan itu. Pelajaran disajikan, diilustrasikan, disoroti, dan didukung melalui keterlibatan siswa. Prinsip utama experiental learning ini adalah seseorang belajar paling baik apabila ia melakukannya.
Dengan demikian, mengandung arti bahwa ciri experiental learning adalah sebagai berikut:
Pertama, keterlibatan siswa dimana mereka aktif melakukan sesuatu. Keterlibatan ini mengakibatkan perubahan sikap dan pengembangan keterampilannya. Sampai batas tertentu siswa memiliki kebutuhan untuk menguasai lingkungannya dan dapat memuaskan kebutuhannya itu apabila secara langsung terlibat dalam belajar. Belajar secara aktif dapat memotivasi dan memperkuat reinforce diri.
Kedua, terjadi relevansi terhadap topik pada experiental learning: oleh karena informasi informasi dikaitkan dengan tingkah laku maka penerapan praktis dapat dipertimbangkan. Insight juga diperoleh dari pertukaran pengalaman antar pribadi yang terlibat dalam pembicaraan suatu topik karena hubungan-hubungan yabg terjadi memang merupakan komponen utama dalam kehidupan tiap siswa.
Ketiga, tanggung jawab siswa dalam experiental learning ditingkatkan. Siswa harus memilih (menentukan) seberapa besar energi yang dicurahkan dan bagaimana melakukan respons dalam kegiatan dengan pilihan-pilihan kegiatan itu. Respons ini, kemudian dikaitkan secara langsung dengan pilihan-pilihannya tadi. Jika menginginkan hasil yang berbeda, maka harus bertingkah laku secara berbeda pula agar hasil yang diinginkan tercapai. Tanggung jawab untuk mengambil peluang semacam itu benar-benar berada ditangan siswa sendiri. Apabila mereka ikut menentukan tujuan belajarnya maka komitmennya akan tinggi dan rasa tanggung jawab untuk berhasil akan meningkat.
Keempat. Penggunaan experiental learning bersifat luwes, baik settingnya, siswanya, maupun tipe pengalaman belajarnya (termasuk tujuannya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar