Pada pendekatan kontruktivisme, individu membentuk sendiri pengetahuan yang dipelajarinya. Menurut Von Glaserfeld, pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang sudah mempunyai pengetahuan (dalam hal ini adalah guru) kepada pikiran orang yang belum memiliki pengetahuan itu (siswa). Siswalah yang mengiterpretasikan serta mengontruksikan pemindahan pengetahuan tersebut berdasarkan pengalaman yang mereka miliki masing-masing. Kontruktivisme dibedakan atas 3 level yaitu kontruktivisme radikal, realisme hipotesis. Dan konruktivisme yang biasa (jika dikaitkan dengan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan). Selain itu, pandangan kontruktivisme juga mengehendaki guru untuk menerapkan pendekatan mengajar yang berpusat pada siswa.
Berikut beberapa hal yang diperlukan untuk menyokong pendekatan berorientasi pada anak/siswa:
1. Orientasi belajar tidak hanya untuk pencapaian prestasi akademik.
2. Topik-topik yang dipelajari dapat berdasarkan pengalaman anak yang relevan.
3. Metode belajar harus berorientasi pada anak dengan sifat yang menyenangkan.
4. Kesempatan anak untuk bermain dan bekerja sama dengan orang lain mendapat prioritas.
5. Bahan pembelajaran dapat diambil dari bahan yang konkret.
6. Penilaian tidak hanya terbatas pada aspek kognitif semata.
7. Keenam hal tersebut membawa implikasi bagi guru yang harus menampilkan diri sebagai guru dalam proses pembelajaran, dan bukan hanya sekedar mentranformasikan pengetahuan kepada siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar